Calon Pasangan Hidup Kita Adalah
Fotocopy-an Dari Diri Kita
Ada
hikmah di setiap pertemuan .....
Ada
ilmu di setiap perkataan .....
Ada
kebaikan di setiap perbuatan .....
Jika
dihitung maka tak akan bisa membalas jasa-jasa baik yang beliau berikan padaku..
Dia adalah kakak sekaligus mudarrisah ku yang tak jemu-jemunya menasehatiku
dalam beramar ma’ruf nahi mungkar..Malam itu, aku diberikan nasehat yang sangat
berharga tentang “pernikahan”, hemm… katanya “semoga nasehat ini bisa ade
jadikan pelajaran dalam menuju mahligai pernikahan kelak..”Beliau pun memulai
nasehatnya..
"dek, kelak calon pasangan hidup kita adalah fotocopyan dari diri kita, ketika kita baik insyaa Allah pasangan hidup kita pun akan baik, begitu pula sebaliknya, ketika akhlak kita buruk, maka bisa diperkirakan bahwa kelak pasangan hidup kita pun buruk akhlaknya.. Ana kasih contoh ya.. Ketika seorang wanita yang mungkin semasa lajangnya sangat menggandrungi dunia perchatingan dengan ikhwah yang bukan mahromnya, sms-an, bahkan telpon-telponan, maka kelak ketika dia bertemu “seseorang” yang ditakdirkan untuknya mengarungi bahtera rumah tangga maka kemungkinan dia juga akan mendapati masa lalu dari pasangannya itu adalah seorang “ahli” juga dalam chat, sms dan telpon-telponan dengan akhwat yang bukan mahromnya..."
Wal
iya’udzubillah…Begitupula sebaliknya dek, ketika di masa lajangmu engkau selalu
menjaga pandangan, menjaga hatimu agar tidak berpenyakit hati kepada yang bukan
mahrommu, menyibukkan dirimu dengan hal-hal yang diridhoi oleh Allah maka
insyaa Allah engkaupun akan mendapati suamimu kelak adalah orang-orang yang
senantiasa menjaga dirinya dari kemaksiatan…
jadi
intinya… kalau adek ingin dapat pasangan yang sholeh maka berubahlah menjadi
wanita yang sholihah, dan itu dimulai dari sekarang, jangan menjadi wanita
sholehahnya pas udah ada yang lamar
Di
waktu yang lain, kembali beliau menasehatiku dengan nasehat yang sama, namun
nasehat ini beliau lontarkan ketika sudah berpredikat menjadi seorang istri,
nasehatnya ini pun agak sedikit berbeda karena dia sedikit menceritakan tentang
kisahnya hingga menjadi seorang istri…”subhananallah..ternyata menikah
itu indah dek, yang dulunya mungkin kita hanya tinggal sendirian, jauh dari
orangtua, dan rasanya bisa hidup mandiri tanpa ada ketergantungan dengan orang
lain, rasanya sekarang semua berubah. Ada yang menemani, ada yang senantiasa
mengingatkan untuk melakukan kebaikan, bahkan sekarang ada sesuatu yang tidak
lengkap ketika suami jauh dari kita..
Dulu,
ana begitu kekeh ga mau nikah, pokoknya harus menyelesaikan kuliahku dulu,
akhirnya berbagai tawaran menikah dari teman, ana tolak demi melanjutkan studi
ana, ah rasanya sama sekali tidak ada minat untuk menikah di masa sekarang,
tapi tawaran yang kutolak itu tentu saja dengan terlebih dahulu minta petunjuk
Allah yaitu sholat istikharoh, dan memang hati ku belum mantap untuk menikah..
Sampai
suatu hari, lagi-lagi tawaran menikah itu pun datang, dan hati ana masih ga
mau, namun ketika sholat istikharoh tiba-tiba ada kemantapan dalam hati,
mungkin ini lah yang terbaik buat ana, ana pun dinasehati oleh ustadzah ana
“hati-hati loh ntar anti jatuh dalam fitnah seperti yang dikatakan dalam
hadits”, akhirnya proses ta’arufnya pun berjalan. Tentu saja dengan perantara
seorang ustadz dan istrinya, sampai ketika keluarga kurang setuju dengan
pilihan ini, tapi entah kenapa ada kekuatan yang begitu besar untuk
mempertahankannya, ana pun heran dengan diri ana “kok ana kekeh banget
pertahankan ikhwah ini? padahal ana ga pernah kenal beliau sama sekali, dengar
berita-berita tentang dia pun ga pernah, apalagi melihat wajahnya, pokoknya
info mengenainya Cuma sedikit yang ana dapat tapi kenapa ana begitu kekeh?
bahkan sampai rela-rela mempertahankannya di depan keluarga ana” alhamdulillah
setelah memahamkan ke keluarga walaupun dengan penuh linangan airmata, mereka
juga menyetujuinya pada akhirnya.
Ana
pun masih bertanya-tanya dalam hati “kenapa ana begitu kuat untuk
mempertahankan ikhwah ini??ana sangat heran, info yang ana dapat tentangnya
begitu minim, wajahnya pun ana belum pernah lihat bahkan hanya sekedar melihat
sekilas wajahnya yang di foto yang diselipkan di biodatanya pun ana sama sekali
ga berminat, karena memang ana ga mempedulikan wajah. Walaupun wajah ganteng
tapi akhlak nol, sama aja… tapi kalaupun agama mantap dan wajahnya juga
ganteng, ini mungkin merupakan sebuah nilai plus yang diberikan Allah
padaku..ana terus saja bertanya-tanya dalam hati “kenapa??” dan akhirnya
setelah kedua keluarga telah menentukan waktu pernikahan kami, ana pun
berkewajiban untuk mempelajari hukum-hukum seputar nikah…dan malam itu ketika
ana membuka kitab bab nikah di awal kali bacaan yang ana baca, ternyata Allah subhanahu
wata'ala langsung menjawab pertanyaan yang selalu meliputi diriku waktu
itu “kenapa ana begitu yakin untuk mempertahankannya” dan jawabannya adalah, di
dalam kitab itu ana membaca sebuah hadits bahwa memang seorang wanita itu
diciptakan dari tulang rusuk seorang laki-laki. Yang intinya adalah, memang ana
ini adalah bagian dari dirinya,dan memang dia adalah jodoh ana insya alloh,itu
alasan mengapa ana begitu kuat untuk mempertahankannya.dan sampai akhirnya,
alhamdulillah Allah memudahkan jalan kami untuk menjadi sepasang suami istri,
sepasang suami istri yang sebelumnya tidak pernah saling mengenal, tidak pernah
saling berkomunikasi kecuali hanya sekali waktu saja dan itupun waktu ta’aruf
dan alhamdulillah kami melaluinya dengan proses yang syar’i. dan subhanAllah
ternyata pacaran setelah menikah itu indah sekali… ternyata pernikahan yang
sebelumnya tidak dinodai dengan sms, telpon dan chatingan sangat-sangatlah
indah…
Nasehatku
buat ade “jangan pernah mengotori pernikahan itu dengan sesuatu yang
tidak syar’i sebelum menikah, contohnya smsan, chatting, telponan dan
semacamnya, karena apa yang awalnya buruk maka pada akhirnya pun akan buruk,
dan kalau ingin menikah, jangan berani-berani untuk “menembak” langsung calon
yang kita inginkan, buatlah mediasi seperti seorang ustadz dan istrinya untuk
menjembatani proses ta’aruf kalian, itu untuk menjaga hati agar tidak berpenyakit
selama proses ta’aruf, kalau misalnya dalam proses ta’aruf ada seseorang yang
tidak menggunakan media perantara dalam artian dia mengurus sendiri dengan cara
telpon, sms dan sebagainya, maka suatu hari ketika prosesnya tidak sampai ke
pelaminan, maka akan menimbulkan penyakit hati yang mendalam bagi keduanya..wal
‘ya’udzubillah. Bukankah islam itu sudah mengatur semuanya?maka jangan ragu
untuk melakukan proses dengan cara-cara yang syar’i…
Hemm,
subhanallah, nasehat-nasehat yang beliau sampaikan hanya bisa membuatku duduk
terpaku jazaakillahu khairon buat nasehatnya kak..insya alloh, semoga ana bisa
menjalani proses itu dengan cara-cara yang syar’I kelak..insya Allah..
Serambii
madinah, 5 januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar